Akses Transportasi
Dari Palembang menuju Pagar Alam bisa ditempuh dengan memakai jasa transportasi Bus atau Travel. Saat ini dari Palembang menuju Pagar Alam satu-satunya perusahaan travel yang untuk trayek ini adalah Telaga Biru Travel yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Palembang telepon: 0711-357576 dan untuk perwakilan di Pagar Alam telponnya 0730-621592. Jadwal keberangkatan travel ini adalah setiap jam delapan pagi dan jam 5 sore. Tarif per orangnya adalah Rp.70.000,- dan biasanya jika sampai di Pagar Alam malam hari maka akan dianter hingga rumah kuncen gunung ini yaitu Pak Anton asalkan diberitahukan terlebih dahulu. Kemudian dari Pagar Alam menuju Kampung Empat bisa mencarter mobil untuk mendapatkan mobil carteran bisa meminta bantuan Pak Anton. Ada alternatif lain untuk mencapai Kampung Empat yaitu dengan menumpang truk yang berangkat setiap harinya jam lima pagi, truk ini biasanya menjemput anak sekolah di Kampung Empat. Untuk transportasi balik dari Kampung Empat menuju Pagar Alam anda bisa janjian lagi dengan mobil yang anda carter dari Pagar Alam untuk menjemput anda di Kampung Empat, atau bisa menumpang truk yang mengatarkan anak-anak sekolah akan tetapi anda harus sudah sampai di kampung empat pada jam 3 sore, karena truk ini turun kembali ke Pagar Alam dari Kampung Empat pada jam empat atau lima sore. Untuk Akomodasi dirumah Pak Anton ada sebuah pondok pendaki yang biasa digunakan untuk menginap. Selain mobil travel juga bisa naik Bus Telaga Biru atau Dharma Karya dari Palembang menuju Pagar alam dengan Harga tiket Rp.30.000,- jika menaiki mobil yang berangkatnya pagi maka sampai di Pagar Alam sore harinya dan turun di terminal Pagar Alam kemudian dilanjutkan dengan naik angkot menuju rumah pak Anton dengan ongkos Rp.3.000,-
Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking ria. gunung ini memang cukup tinggi tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah kali kecil yang jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat. Tidak ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.
Rute Pendakian
Kampung Empat (kebon teh) 1691 Mdpl
S 4° 02’44.6” E 103°09’03.9”
Entry point menuju pintu rimba ada di kebun teh yang terletak sedikit berjarak dari Kampung Empat. Ada beberapa titik yang bisa dijadikan sebagi entri point seperti yang terlihat pada gambar ini kami merekomendasikan titk karena mudah dikenali dengan adanya sebuah pohon yang ada plang nama club pecinta alam. Dari sini naik menapaki jalan setapak kearah kiri lalu lurus keatas membelah kebun teh. Dari entry point ini menuju pintu rimba butuh waktu kurang lebih 20 menit.
Pintu Rimbo (Pintu Rimba) 1818 Mdpl
S 4°02’32.7” E 103°08’56.3”
Persis berada di ujung kebun teh sebagai penanda ada plang yang bertuliskan pintu rimba dari sini jalan setapak memasuki kawasan hutan, keadaan jalan setapak kecil dan sempit dikiri kanan banyak semak-semak dan terkadang terdapat semak berduri, kemudian jalan setapak menjadi agak lebar dan dipenuhi oleh akar-akar pohon saat semakin memasuki hutan. Jalan setapaknya jelas sekali. Jarak tempuh dari pinta Rimba menuju Pos I kurang lebih dua setengah hingga tiga jam.
Pos I. 2165 Mdpl
S 4°02’08.0” E 103°08’33.9”
Pos satu ini cukup luas mampu menampung lima sampai enam tenda akan tetapi di sini tidak ada sumber air. Biasa pos ini hanya dipakai untuk istirahat sejenak. Jalur setapak dari pos ini menuju Pos II cukup jauh sekitar tiga hingga tiga setengah jam, dengan kondisi jalan setapak yang cukup curam, curam disini maksudnya adalah jalan setapak yang undakan tanjakannya cukup tinggi terkadang melebihi tinggi orang dewasa dan banyak sekali akar-akar pohon yang melintang sehingga terkadang harus memanjat untuk bisa melewatinya. Dengan keadaan jalur seperti ini sehingga menambah lama waktu tempuh hingga ke pos II. Dan dipertengahan antara jalur Pos I ke Pos II terdapat tanjakan yang tajam yang disebut dengan Tanjakan Dinding Lemari, harus berhati-hati sat melewati tanjakan dinding lemari ini selain licin juga sebelah kanan jalan curam dan cukup tinggi sekitar empat meter. Jalan setapaknya mudah dikenali dan lebar sedangkan hutannya cuup rapat.
Pos II. 2632 Mdpl
S 4°01’43.7” E 103°08’10.3”
Pos dua ini terletak pada ketinggian 2632m dpl dan cukup lebar, ada beberapa lokasi untuk mendirikan tenda, di lokasi ini terdapat sumber air berjarak seratus meter dan terletak disisi kiri bawah dari lokasi pos ini. Airnya cukup besar berupa air ternjun kecil. Pos II ini bisa dijadikan lokasi camp. Dari pos dua ini jalur pendakian semakin curam dan tak lama kemudian kita akan memasuki daerah cadas, tumbuhan di daerah cadas ini sudah mulai pendek-pendek dengan ciri vegetasi puncak. Dari lokasi cadas kita bisa mengedarkan pandangan kebawah dan akan terlihat hamparan bukit barsan serta perkebunan teh milik PTPN III. Jalur semakin curam dan akhir dari tanjakan ini adalah puncak II dempo yang dikenal juga dengan Puncak Dempo 3064m dpl. Waktu tempuh dari Pos II hingga kepuncak Dempo kurang lebih satu hingga satu setengah jam.
Puncak Dempo. 3064m dpl
S 4°01’23.1” E 103°07’53.1”
Puncak Dempo ini bukanlan puncak utama dempo, sedangkan puncak utama Dempo bernama Puncak Marapi. Dipuncak Dempo ini tertutup oleh pohon-pohon, namun dari puncak ini kita sudah bisa melihat puncak Marapi dan alun-alun Dempo yang dikenal oleh pendaki setempat dengan sebutan “Pelataran”. Puncak Dempo tidak begitu luas, sekitar lima kali lima meter dan dipenuhi oleh pohon-pohon.
Pelataran. 2998 Mdpl
S 4°01’19.7” E 103°07’46.1”
Dari puncak Dempo kemudian jalan setapaknya turun kearah Pelataran hanya butuh 15 menit untuk turun sampai ke Pelataran, di lokasi yang luas ini sumber air bersih banyak tersedia. Banyak pendaki yang menjadikan lokasi ini untuk mendirikan tenda sebelum mendaki kepuncak utama. Jalur pendakian dari pelataran menuju puncak tidak begitu jauh dengan medan terbuka dan berbatu-batu. Sekitar tiga puluh menit mendaki tanjakan tersebut kita akan sampai di bibir kawah. Dari bibir kawah puncak berada disebelah kanan berjarak sekitar lima menit jalan kaki.
Puncak Marapi. 3088 Mdpl
S 4°00’55.4” E 103°07’40.3”
Puncak Marapi ini tidak ada tiang trianggulasi sepertinya sudah roboh, hanya ada bekas-bekasnya saja, terdapat sebuah stasiun relay kecil pengirim data milik Badan Vulkanologi. Dari puncak ini kita bisa memandah lepas kearah kawah gunung Dempo yang berisi air berwarna putih kehijauan. Ada kalanya warna air kawah ini berubah jadi putih pekat atau hijau pekat. Dibagian yang berlawanan tampak hamparan bukit barisan dan dan kota Pagar Alam. Indah sekali pemandangan dari puncak tertinggi bumi Sriwijaya ini.
Perijinan
Perijinan tidaklah terlalu berbelit-belit, di rumah Pak Anton kita bisa mengisi buku tamu dengan menuliskan jumlah anggota, dan lama pendakian. Setelah itu kita juga harus melapor ke kantor vulkanologi yang letaknya tidak jauh dari rumah pak Anton. Dikantor ini kita juga bisa mendapat info tekini mengenai keadan gunung Dempo.